Kerangka Dasar Analisis Fundamental mencakup beberapa hal terkait dengan berbagai risiko dan juga mengetahui secara garis besar data di pasar modal.
Ketika mempelajari beberapa hal yang mempunyai keterhubungan tersebut, tentu analisis fundamental sendiri tidak terlepas dari perhitungan sekuritas yang menerapkan data-data fundamental.
Menurut dari beberapa pengalaman ahli, analisa yang dilakukan dipengaruhi dengan faktor internal dan eksternal. Termasuk juga hubungan dengan perusahaan atau badan usaha yang dipelajari.
Dengan mengumpulkan data-data seperti yang sudah disebutkan, maka bisa diketahui angka keuangan, pangsa pasar, siklus bisnis, bahkan beberapa hal yang masih tercakup didalamnya.
Untuk sisi eksternal sendiri, secara umum mempunyai hubungan dengan kebijakan pemerintah, ataupun tingkat suku bunga, inflasi, dan sejenisnya.
Pada saat dilakukan pertimbangan atau perhitungan data-data tersebut, maka analisa fundamental akan memperoleh penilaian analisis badan usaha.
Pada akhirnya, calon investor bisa lebih yakin dengan keputusannya untuk membeli saham atau menanamkan modal, dan bahkan bisa juga berdampak terbalik.
Kerangka Dasar Analisis Fundamental
Kembali pada topik pembahasan, kerangka dasar dari seorang fund manager memandang fundamental analysis sebagai alat ukur risiko-risiko dari beberapa saham yang diterbitkan oleh emiten.
Dengan kata lain, calon investor tersebut memperoleh alasan kenapa mereka harus saham sebagai koleksi dari portofolio saham.
Namun untuk melakukan perhitungan waktu yang tepat untuk melakukan jual dan beli, maka dilakukan menggunakan analisis teknikal, yang juga secara umum berdampingan dengan analisis lainnya.
Jika diukur secara garis besar, beberapa risiko dalam investasi di pasar modal, dikenal dengan 2 istilah. Yaitu risiko sistematis, dan juga risiko non sistematis.
Sebagai salah satu referensi, dan juga untuk menambah wawasan dalam mengetahui kerangka dasar analisis fundamental, maka berikut bisa dilihat daftar risiko yang dimaksud.
Risiko Sistematis
Ketika dibahas secara singkat, risiko sistematis merupakan suatu dampak yang terjadi diluar kegiatan perusahaan. Hal ini tentu mempunyai kondisi yang berbeda pada setiap emiten.
Risiko sistematis sendiri, sering juga disebut sebagai risiko pasar lantaran mempunyai kaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan.
Nah risiko sistematis sendiri terbagi dalam beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai contoh. Termasuk juga dampak dari makro ekonomi, dan juga dampak ekonomi global.
Risiko Yang Timbul Lantaran Faktor Fundamental Makro Ekonomi :
Secara umum, risiko ini dipengaruhi dengan adanya tingkat pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar mata uang (Kurs), tingkat suku bunga, dan juga aliran dana asing.
Dalam hal ini diperlukan beberapa analisa yang dilakukan lebih lanjut, sehingga untuk mempercayakan modal pada emiten tertentu, tidak salah tafsir yang berdampak di kemudian hari.
Risiko Sistematis Akibat Dampak Ekonomi Global :
Membahas risiko ekonomi secara global, umumnya terbagi pula dalam beberapa hal. Sebab kurs yang terjadi terhadap mata uang negara tertentu, bisa mempunyai dampak yang signifikan.
Beberapa kondisi ekonomi global yang secara umum bisa berpengaruh ialah, Ekonomi Amerika Serikat, Eropa, Asia, dan juga lain-lainnya.
Risiko Non Sistematis
Dampak ini merupakan risiko spesifik yang terjadi pada suatu perusahaan lantaran mempunyai ketergantungan dengan kondisi mikro perusahaan.
Bisa saja setiap perusahaan mempunyai kondisi dan dampak yang berbeda. Sehingga untuk tata cara perhitungannya pun menerapkan cara yang berbeda pula.
Sebagai contoh untuk risiko non sistematis mencakup laporan keuangan perusahaan, likuidasi, ekspansi usaha, kebijakan terhadap industri tertentu, dan beberapa hal lainnya.
Secara garis besar, analisis fundamental untuk pasar modal dibagi menjadi 4 bagian. Kesemuanya bisa dilakukan secara keseluruhan, baik dari kondisi ekonomi, industri, perusahaan, dan juga nilai saham.
- Analisis Kondisi Ekonomi Secara Keseluruhan mencakup inflasi, suku bunga, neraca perdagangan, uang beredar, dan nilai tukar mata uang.
- Analisa Kondisi Perusahaan yang berisi tentang analisis rasio laporan keuangan, dan juga finacial modeling.
- Analisa Kondisi Industri, dilakukan secara keseluruhan mengenai kenaikan atau penurunan harga komoditas. Seperti halnya emas, timah, nikel, kebijakan daerah, dll.
- Analisa Nilai Saham Perusahaan yang dilakukan untuk memperkirakan nilai intrinsik dengan menerapkan model valuasi undervalued / overvalued, atau juga dengan pendekatan PER.
Sederhana bukan? Sekian dari kami dan salam sukses investasi